• Jelajahi

    Copyright © Suara Rakyat
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Latest Post

    Iklan

    AI Bukan Sekadar Teknologi: Ia Akan Menguji Nilai-Nilai Sosial Kita

    , Kamis, Juni 12, 2025 WIB Last Updated 2025-06-12T01:02:55Z
    masukkan script iklan disini
    masukkan script iklan disini



    Oleh: Redaksi

    Di era di mana artificial intelligence (AI) meresap hampir ke semua aspek kehidupan—dari kesehatan, pendidikan, e-commerce, hingga sistem hukum—kita perlu bertanya: apakah kita sedang menciptakan alat untuk membantu manusia, atau perlahan sedang menyerahkan kendali kepada mesin?

    AI bukan sekadar loncatan teknologi. Ia adalah disrupsi sosial. Dan seperti disrupsi lain dalam sejarah, AI datang dengan janji kemajuan—dan bayangan bahaya.

    Manfaat Nyata, Tapi Bukan Tanpa Harga

    Tidak diragukan lagi, AI membawa efisiensi yang luar biasa. Ia menghemat waktu, menekan biaya, dan membuka peluang inovasi di berbagai sektor. Di tangan startup, AI mampu menciptakan pengalaman pengguna yang lebih cerdas. Di tangan pemerintah, AI bisa mempercepat layanan publik dan pengambilan keputusan berbasis data.

    Namun di balik semua itu, muncul pertanyaan-pertanyaan serius: Apa yang terjadi dengan pekerjaan yang tergantikan? Bagaimana jika algoritma yang digunakan bersifat bias? Siapa yang bertanggung jawab ketika AI membuat kesalahan?

    Teknologi yang dibangun tanpa prinsip dan etika pada akhirnya bisa menjadi alat kekuasaan yang tidak adil—bahkan opresif.

    Bias dan Ketimpangan: Warisan Tak Terlihat

    Banyak yang lupa: AI tidak netral. Ia belajar dari data, dan data dibentuk oleh sejarah manusia—yang sering kali penuh ketimpangan. Jika kita memberi makan sistem dengan data yang mencerminkan diskriminasi gender, ras, atau ekonomi, maka AI akan mereproduksi ketidakadilan itu dalam kecepatan super.

    Di negara berkembang seperti Indonesia, ancaman lain muncul: kesenjangan digital. Mereka yang punya akses terhadap AI akan melaju lebih cepat, sementara yang tertinggal semakin jauh. Jika tak diantisipasi, AI bisa memperlebar jurang, bukan menjembatani.

    Bukan Soal Teknologi, Tapi Soal Tata Kelola

    Kita sering terpukau oleh kecanggihan AI—seberapa banyak parameter yang bisa dianalisis, seberapa akurat prediksinya, atau seberapa manusiawi output-nya. Tapi yang lebih penting sekarang adalah siapa yang mengatur, untuk siapa AI bekerja, dan apa nilai yang dijaga dalam proses itu.

    Indonesia belum memiliki kerangka hukum khusus tentang AI. Diskusi publik pun masih terbatas. Padahal, tanpa tata kelola yang kuat, kita membiarkan teknologi tumbuh liar di tengah masyarakat yang belum siap.

    Kita Butuh AI yang Beradab

    Teknologi adalah cerminan dari nilai-nilai pembuatnya. Maka AI pun harus mencerminkan nilai-nilai keadilan, transparansi, dan kemanusiaan. Kita tak boleh membiarkan AI sekadar menjadi alat produksi kapital atau kontrol sosial.

    Pelaku industri digital di Indonesia—khususnya startup dan developer—perlu mengambil peran dalam membangun AI yang bertanggung jawab. Mulai dari membuka logika algoritma, menyertakan prinsip keadilan dalam desain sistem, hingga melibatkan komunitas dalam proses evaluasi.

    Karena pada akhirnya, yang diuji bukan hanya kemampuan teknis kita. Tapi nilai sosial apa yang ingin kita wariskan di masa depan—dengan atau tanpa AI.

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini