masukkan script iklan disini
SUARARAKYAT - Dugaan kejanggalan dalam pengelolaan anggaran Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) kembali mencuat setelah kasus tempe berjamur yang dibagikan kepada siswa terungkap di SPPG Bontobangun. Sejumlah pihak menilai, bagian akunting Satuan Pelaksana Pemenuhan Gizi tersebut perlu memberikan penjelasan terbuka terkait mekanisme pembelian bahan pangan dan penggunaan anggaran harian.
“Tempe Berjamur Itu Pasti Lebih Murah”
Seorang sumber internal dapur MBG yang meminta identitasnya dirahasiakan menegaskan bahwa kondisi tempe yang ditemukan bukanlah kesalahan biasa.
“Tempe yang sudah berjamur pasti harganya jauh lebih murah dibanding tempe bagus. Itu bukan hal kebetulan. Kami melihat ada kemungkinan bahan pangan sengaja dibeli dalam kondisi kualitas rendah,” ujarnya, Rabu 19/11/2025
Ia juga menyayangkan pemilihan gudang penyimpanan yang dinilai tidak efisien.
“Gudang yang dipakai sekarang itu sebenarnya sewanya jauh lebih murah dibanding Baruga Bonerate. Tapi kalau sudah murah dan kualitas bahan juga murah, patut dipertanyakan ke mana selisih anggarannya,” tambahnya.
Anggaran Besar, Transparansi Dipertanyakan, SPPG Bontobangun melayani 2.568–2.600 siswa per hari. Menurut aturan MBG, dana yang dikelola sangat besar, yakni:
Rp 10.000/siswa/hari untuk porsi makanan
Rp 3.000/siswa/hari untuk operasional dapur
Rp 2.000/siswa/hari untuk sewa dan fasilitas pendukung
Sumber yang sama menjelaskan bahwa komponen sewa bangunan saja sudah mencapai nilai signifikan.
“Dana sewa itu Rp 2.000 per siswa. Kalau dikali 2.600 siswa, itu Rp 5,2 juta per hari. Sebulan bisa Rp 104 juta. Setahun sekitar Rp 1,2 miliar. Itu baru sewa, belum operasional dan belum makanan,” ungkapnya.
Ia menilai pemeriksaan terhadap akunting wajib dilakukan.
“Akunting SPPG harus buka data. Mulai dari pembelian bahan pangan, kwitansi, sampai pembukuan bulanan. Karena kalau kualitas bahan sudah turun, lalu anggarannya tetap besar, kita perlu tahu apa yang sebenarnya terjadi,” tegasnya.
Dorongan pemeriksaan akunting datang dari berbagai pihak yang menilai bahwa dana sebesar itu rawan diselewengkan apabila tidak diawasi secara ketat.
“Dana MBG itu besar. Kalau ada permainan sedikit saja di bahan makanan, operasional, atau sewa bangunan, dampaknya bisa miliaran dalam satu tahun. Jadi pemeriksaan itu wajib,” kata sumber yang pernah terlibat dalam dapur MBG.
Hingga berita ini dirilis, pihak SPPG Bontobangun belum memberikan keterangan resmi terkait dugaan kejanggalan anggaran maupun temuan tempe berjamur yang kembali mencuat.
.jpeg)
