masukkan script iklan disini
![]() |
Langkah berani Tim Reaksi Sosial (Resos) Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Kepulauan Selayar dalam melakukan pendekatan terhadap warga Desa Bontoborusu yang menderita Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) |
SELAYAR, SUARARAKYAT - Langkah berani Tim Reaksi Sosial (Resos) Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Kepulauan Selayar dalam melakukan pendekatan terhadap warga Desa Bontoborusu yang menderita Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ), Andra, tanpa didampingi aparat keamanan dari Binmas maupun Babinsa setempat, menuai beragam reaksi. Daeng Bulu, salah seorang tokoh masyarakat setempat, mengungkapkan kekagumannya atas keberanian tim Resos tersebut.
"Saya dibuat geram sekaligus kagum. Geram karena tidak adanya pendampingan keamanan, namun kagum dengan cara tim Resos yang begitu humanis," ujarnya, Senin (12/5/2025).
Apresiasi juga disampaikan Daeng Bulu atas pemberitaan sebelumnya yang menyoroti keberhasilan evakuasi Abdul Hamid (47), warga Desa Bontoborusu yang menderita ODGJ. Evakuasi Abdul Hamid berlangsung tanpa adanya perlawanan maupun kegaduhan, sebuah hal yang menurut Daeng Bulu patut diacungi jempol.
Sebelumnya, warga Desa Bontoborusu sendiri telah lama menyaksikan keseharian Abdul Hamid yang kerap kali membuat kericuhan. Kondisi ini membuat masyarakat merasa takut dan enggan untuk mendekatinya.
Keberhasilan tim Resos dalam mengevakuasi Abdul Hamid secara persuasif memberikan harapan baru bagi penanganan kasus ODGJ di wilayah tersebut.
Pendekatan yang dilakukan Tim Resos Dinsos Selayar terhadap Abdul Hamid meski tanpa pengamanan, menunjukkan upaya untuk membangun kepercayaan dan komunikasi yang baik dengan pasien ODGJ. Langkah ini menjadi sorotan tersendiri mengingat potensi risiko yang mungkin timbul dalam penanganan kasus seperti ini.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada keterangan resmi dari pihak Dinsos Selayar terkait alasan tidak adanya pendampingan keamanan dalam pendekatan terhadap Abdul Hamid.
Namun, keberanian dan keberhasilan tim Resos dalam menangani kasus ODGJ di Desa Bontoborusu patut diapresiasi dan diharapkan dapat menjadi contoh pendekatan yang lebih humanis dalam penanganan masalah sosial serupa di masa mendatang.