• Jelajahi

    Copyright © Suara Rakyat
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Latest Post

    Iklan

    Skandal Keuangan di Tanakeke! Agen BRI Diduga Gelapkan Dana Puluhan Nasabah, Warga Rewataya Menjerit

    , Rabu, Juni 18, 2025 WIB Last Updated 2025-06-18T02:29:18Z
    masukkan script iklan disini
    masukkan script iklan disini

    Skandal Keuangan di Tanakeke! Agen BRI Diduga Gelapkan Dana Puluhan Nasabah, Warga Rewataya Menjerit


    Takalar, Sulsel – Dunia perbankan kembali tercoreng oleh skandal yang mencengangkan. Seorang agen BRI di Kepulauan Tanakeke, Daeng Ngemba, diduga menggelapkan dana milik puluhan nasabah yang sebagian besar adalah nelayan dan petani Desa Rewataya. Kerugian ditaksir mencapai ratusan juta rupiah.

    Kasus ini mencuat ke permukaan setelah petugas dari Unit BRI Pattallasang datang langsung ke Desa Rewataya untuk melakukan penagihan. Namun bukan pembayaran yang ditemukan, melainkan fakta mengejutkan: puluhan warga dinyatakan menunggak cicilan selama berbulan-bulan padahal mereka merasa sudah membayar secara rutin. 

    "Kami rutin setor ke agen, tidak pernah telat. Tapi tiba-tiba ditagih dan dibilang belum bayar tiga sampai enam bulan. Kami jelas kaget dan merasa ditipu," ungkap seorang warga korban dengan nada kecewa, Minggu (15/6).

    Warga pun langsung melakukan konfrontasi terhadap Daeng Ngemba. Hasilnya sungguh mencengangkan: ia mengakui bahwa dana yang disetor warga tidak disalurkan ke BRI, melainkan dipakai untuk kepentingan pribadi.

    Pengakuan Daeng Ngemba membuat warga geram. Pria yang selama ini dianggap sebagai perpanjangan tangan resmi bank, justru mengkhianati kepercayaan yang telah dibangun bertahun-tahun. 

    "Kami sudah tunjukkan bukti transfer dan kwitansi ke petugas BRI. Tapi uangnya dibawa kabur. Ini bukan sekadar soal uang, ini soal kepercayaan," tegas salah satu perwakilan warga.

    Nama-nama korban mulai bermunculan diantaranya Awing Daeng Nana, Daeng Latif, Tuang Masa, Pasara Daeng Ngawing, Mantang Daeng Bau, hingga Mamma’ Daeng Se’re. Jumlah korban diperkirakan terus bertambah.

    Yang membuat kasus ini makin menyakitkan, mayoritas korban adalah masyarakat kecil yang selama ini patuh membayar angsuran. Kini mereka menanggung beban ganda yaitu Dana cicilan tak tercatat resmi dan Status mereka di sistem BRI dianggap menunggak.

    Warga telah mengumpulkan bukti-bukti kuat seperti kwitansi, bukti transfer, hingga percakapan WhatsApp dengan pelaku. Mereka menuntut BRI bertanggung jawab dan aparat segera bertindak. 

    "Kami cuma minta keadilan. Uang kami harus kembali. BRI jangan lepas tangan," desak warga.

    Upaya media menghubungi Daeng Ngemba hingga kini tak membuahkan hasil. Nomor WhatsApp-nya tidak aktif. Sementara itu, BRI belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait kasus ini.

    Warga mendesak agar BRI segera mengaudit sistem dan tanggung jawab agen, Aparat penegak hukum segera bertindak serta Dana korban dikembalikan atau pinjaman yang bermasalah diselesaikan secara adil.

    Kasus ini menunjukkan pentingnya pengawasan ketat terhadap agen perbankan, terutama yang beroperasi di wilayah terpencil. Skema keuangan berbasis kepercayaan bisa menjadi pedang bermata dua jika tanpa pengawasan.

    Apakah sistem digital BRI cukup aman? Apakah tanggung jawab bank hanya berhenti pada "agen bukan pegawai"? Warga Rewataya kini menunggu keadilan, dan Indonesia menanti jawaban. (TIM)
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini